Jika
diperhatikan sejak beberapa tahun terakhir, marak diberitakan yang berkaitan
dengan kekerasan. Dan para pelakunya terdiri dari kalangan berbagai usia. Tentu
masih jelas dalam ingatan kita kekerasan yang dilakukan pelajar SMAN 6 yaitu
mengeroyok sekumpulan wartawan yang ingin meliput aksi tawuran antar pelajar
yang mereka lakukan. Peristiwa tawuran yang terus berulang dan pengeroyokan
wartawan ini, disatu sisi menunjukkan sikap anarkis siswa yang sangat
memperihatinkan. Perilaku, sikap, pemikiran, kepatuhan atas norma, psikologi,
dan prestasi generasi saat ini akan menentukan bagaimana negara ini akan
dibangun dimasa depan.
Lain pelajar lain lagi kasus yang terjadi di berbagai
daerah Indonesia misalnya di papua, Mesuji dan lainya. Masalahnya bermula
ketika pikiran telah kehilangan akal sehat, dan mulai melakukan
perbuatan-perbuatan yang anarki dengan anggapan dapat memenangkan konflik bila
pihak lawan dilukai atau diintimidasi untuk mengakui kemenangannya. Maka dari
itu, dapat kita lihat ada sebuah Perubahan Budaya yang amat Fundamental di
Masyarakat Indonesia ini, dimana sebuah identitas Kebersamaan telah
bertransformasi menjadi budaya konflik dan kekerasan antara satu dengan yang
selainnya. Dan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa Berbagai macam bentuk
kerusuhan serta kekerasan pastilah membawa dampak buruk dan menimbulkan banyak
kerugian bagi masyarakat. Sedikitpun tidak ada manfaat yang didapat dari
kerusuhan dan kekerasan.
Menurut Thomas Hobbes, kekerasan merupakan sesuatu
yang alamiah dalam manusia. Dia percaya bahwa manusia adalah makhluk
yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar, dan berpikir pendek.
Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami
manusia. Dalam ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan,
Hobbes berprinsip bahwa hanya suatu pemerintahan negara yang menggunakan kekerasan terpusat dan memiliki kekuatanlah yang
dapat mengendalikan situasi dan kondisi bangsa.
Sedangkan J.J. Rousseau mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.
yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar, dan berpikir pendek.
Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami
manusia. Dalam ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan,
Hobbes berprinsip bahwa hanya suatu pemerintahan negara yang menggunakan kekerasan terpusat dan memiliki kekuatanlah yang
dapat mengendalikan situasi dan kondisi bangsa.
Sedangkan J.J. Rousseau mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.
Menanggapi pendapat para ahli di atas yang saling
bertentangan, paling tidak kita bisa mencoba untuk merubah keadaan ini
menjadilebih baik, dengan menerapkan yang diungkapkan oleh Rousseau yaitu
memperbaiki kebudayaan kita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar