Selasa, 24 April 2012

KETIKA KEKERASAN DIJADIKAN PENYELESAI MASALAH



            Jika diperhatikan sejak beberapa tahun terakhir, marak diberitakan yang berkaitan dengan kekerasan. Dan para pelakunya terdiri dari kalangan berbagai usia. Tentu masih jelas dalam ingatan kita kekerasan yang dilakukan pelajar SMAN 6 yaitu mengeroyok sekumpulan wartawan yang ingin meliput aksi tawuran antar pelajar yang mereka lakukan. Peristiwa tawuran yang terus berulang dan pengeroyokan wartawan ini, disatu sisi menunjukkan sikap anarkis siswa yang sangat memperihatinkan. Perilaku, sikap, pemikiran, kepatuhan atas norma, psikologi, dan prestasi generasi saat ini akan menentukan bagaimana negara ini akan dibangun dimasa depan.
            Lain pelajar lain lagi kasus yang terjadi di berbagai daerah Indonesia misalnya di papua, Mesuji dan lainya. Masalahnya bermula ketika pikiran telah kehilangan akal sehat, dan mulai melakukan perbuatan-perbuatan yang anarki dengan anggapan dapat memenangkan konflik bila pihak lawan dilukai atau diintimidasi untuk mengakui kemenangannya. Maka dari itu, dapat kita lihat ada sebuah Perubahan Budaya yang amat Fundamental di Masyarakat Indonesia ini, dimana sebuah identitas Kebersamaan telah bertransformasi menjadi budaya konflik dan kekerasan antara satu dengan yang selainnya. Dan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa Berbagai macam bentuk kerusuhan serta kekerasan pastilah membawa dampak buruk dan menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat. Sedikitpun tidak ada manfaat yang didapat dari kerusuhan dan kekerasan.
            Menurut Thomas Hobbes, kekerasan merupakan sesuatu yang alamiah dalam manusia. Dia percaya bahwa manusia adalah makhluk
yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri, serta benci sehingga menjadi jahat, buas, kasar, dan berpikir pendek.
Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Oleh karena itu, kekerasan adalah sifat alami
manusia. Dalam ketatanegaraan, sikap kekerasan digunakan untuk menjadikan warga takut dan tunduk kepada pemerintah. Bahkan,
Hobbes berprinsip bahwa hanya suatu pemerintahan negara yang menggunakan kekerasan terpusat dan memiliki kekuatanlah yang
dapat mengendalikan situasi dan kondisi bangsa.
Sedangkan J.J. Rousseau mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia itu polos, mencintai diri secara spontan, serta tidak egois. Peradaban serta kebudayaanlah yang menjadikan manusia kehilangan sifat aslinya. Manusia menjadi kasar dan kejam terhadap orang lain. Dengan kata lain kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.
            Menanggapi pendapat para ahli di atas yang saling bertentangan, paling tidak kita bisa mencoba untuk merubah keadaan ini menjadilebih baik, dengan menerapkan yang diungkapkan oleh Rousseau yaitu memperbaiki kebudayaan kita ini.